Oleh: Paulus Y.V. Mulu
Opini, mediaflores.net -Menjelang 17 Agustus, dari kota hingga pelosok desa, suasana berubah. Jalan-jalan dihias umbul-umbul, gapura dicat ulang, dan tawa riang terdengar dari berbagai lomba rakyat. Mulai dari panjat pinang, balap karung, hingga gerak jalan, semuanya menjadi bagian dari tradisi menyambut Hari Kemerdekaan.
Namun di balik keriuhan itu, tersimpan makna yang jauh lebih dalam. Kegiatan-kegiatan ini bukan sekadar hiburan atau rutinitas tahunan. Ia adalah sarana memperkuat persaudaraan, memupuk gotong royong, dan menumbuhkan rasa cinta tanah air. Dalam lomba, kita belajar sportivitas; dalam kerja bakti, kita mempraktikkan kebersamaan; dalam pawai dan upacara, kita menghidupkan kembali rasa hormat pada perjuangan para pahlawan.
Menyongsong kemerdekaan berarti menghidupkan semangat yang diwariskan para pendiri bangsa: persatuan di tengah perbedaan. Ketika warga berkumpul untuk menghias kampung, tidak ada yang bertanya apa suku atau agamanya. Semua menjadi satu dalam semangat Merah Putih.
Kegiatan menyambut kemerdekaan juga menjadi pengingat bahwa kemerdekaan bukanlah titik akhir, melainkan perjalanan panjang yang harus dijaga bersama. Kemeriahan lomba hanyalah pintu masuk menuju kesadaran bahwa perjuangan hari ini adalah melawan kemiskinan, menjaga lingkungan, memperluas pendidikan, dan menjaga persatuan.
Di setiap tawa anak-anak yang bermain, di setiap peluh warga yang bekerja bakti, tersimpan harapan agar Indonesia tetap kokoh. Karena pada akhirnya, kemerdekaan bukan hanya milik masa lalu, tetapi warisan yang harus terus kita rawat di masa kini dan masa depan.
Dirgahayu Indonesia. Mari kita sambut kemerdekaan dengan hati yang merdeka dan tekad yang menyala.
Waingapu, 10/08/2025
Posting Komentar