Pelestarian Budaya Reba Pada Masyarakat Be'a - Ngada


Gambar 1:Anggota suku mengikutill o’uwi

Bajawa, mediaflores.net - Pesta adat reba di kampung Be’a,Desa Bea Pawe,Kecamatan Golewa Barat,Kabupaten Ngada yang biasa dilaksanakan setiap 27-30 Desember.Reba adalah upacara tahunan yang dilakukan sekali dalam setahun sebagai bentuk ucapan syukur dan terimakasih kepada leluhur karena masyarakat memperoleh hasil panen yang memuaskan.Salah satu kepala suku Rea Damianus menjelaskan bahwa”Reba merupakan upacara penting sebagai bentuk ungkapan terimakasih kepada leluhur.Reba pada dasarnya tidak boleh ditinggalkan karena reba adalah upacara adat untuk menghormati leluhur dan ungkapkan terimakasih atas penyertaan leluhur selama satu tahun berjalan.”Reba juga bertujuan untuk menyatukan kembali anggota suku yang menjalani kehidupan mereka ditempat kerja masing-masing dalam nuansa kebersamaan budaya.

             Reba dibagi menjadi empat hari dengan upacara yang berbeda-beda. Hari pertama, diisi dengan reba loka. Reba loka adalah ritual adat yang dilakukan di kebun yang mencerminkan ajaran leluhur untuk terus menanam demi mencukupi kebutuhan. Kegiatan yang dilakukan adalah wasi loka (Membersihkan loka), ti’i ka ebu nusi (Memberi makan keleluhur), dan diakhiri dengan menyanyikan syair-syair adat yang disebut“Seu azi”. Setelah wasi loka semua anggota suku kembali ke sa’o untuk dheke reba.Anggota suku dapat membawa beras, moke, dan ayam. Setelah setiap anggota suku mengikuti acara bura su’a. Su’a adalah peralatan yang terbuatdari bambu yang digunakan leluhur untuk menanam dan memanen uwi (Ubi). Ritual bura su’a merupakan ritual awal dimana ketua suku yang berwenang memakan sirih pinang dan mensemburkan airny auntuk membasahi su’a sebagai tanda bahwa su’a adalah benda sakral yang keberadaannya wajib dihormati .Setelah bura su’a dilanjutkan dengan ka maki hui (Makan nasi dan daging) yang tersimpan di dalam wati. Maki hui memberikan kekuatan dan keberanian. 


             Hari kedua dilaksanakan dengan acara O uwi. Uwi (Ubi) merupakan makanan khas leluhur yang d percaya sebagai pemberian langsung dari dewa (Tuhan). Rea Damianus menjelaskan bahwa“ Uwi adalah makanan yang di hormati karena uwi adalah satu-satunya makanan yang dikonsumsi leluhur.Upacara o uwi dilakukan di tengah kampungdengan membentuk lingkaran sambil menyerukan syair rmemuja uwi. O uwi biasanya dilakukan dari siang sampai malam. Hari ketiga dilanjutkan dengan acara dhoi maki (Gayung nasi) dengan menggunakan wati untuk dibawa ke papu. Papu adalah kebun sebagai tempat berkumpulnya ana woe (Anak suku). Setiap anggota suku dari lima suku, yaitu Suku Deru, Wato, Dizi, Lolo, dan Ngate mempersiapkan maki untuk diarahkan ke papu untuk acara dhoi, semua suku dari kelima suku wajib mengarahkan diri menuju ke papu dengan maksud bahwa papu melambangkan identitas setiap suku  dan juga dapat menyatukan setiap perbedaan. Rea Damianus menambahkan bahwa“Pada saat acara di papu dilaksanakan maka setiap orang diharapkan untuk mengikutinya secara serius serta mencerna setiap nilai-nilai luhur yang ada karena kita berasal dari tatanan budaya yang sama. 

            Hari keempat dilaksanakan upacara sui uwi. Ketua suku membelah dan membagikan uwi untuk dimakan oleh setiap anggota suku. Setelah itu diberikan kesempatan diskusi untuk membahas persoalan yang dialami suku dalam satu tahun berjalan. Rea Damianus juga meminta agar generasi muda harus menjaga dan melestarikan budaya reba agar tidak tergerus oleh kemajuan zaman.”Saya menaruh harapan kepada generasi muda terlebih khusus untuk kaum muda yang berasal dari Be’a untuk melestarikan budaya reba.”//mf//

(Marselinus Rolando Bebi)



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

 


Smartwatchs