Penderitaan di Desa Hangalande

 


Perjuangan masyarakat Hangalande demi menjaga rasa kebersamaan,dan Kekeluargaan.

 Ende, mediaflores.net - Penderitaan yang dialami warga di Desa Kabupaten Ende pada tahun 2022, karena dengan adanya banjir yg terus-menerus menghambat masyarakat di sekitar Desa Hangalande dan Desa Tanda' AU. Pada tahun kemarin ada kejadian hilangnya seseorang Bapak Tua yang terhanyut oleh derasnya arus air, kejadian itupun semua Warga yang ada di Desa tersebut merasa trauma dengan kejadian itu. Warga tersebut mengusulkan ke pemerintah, agar pemerintah berpartisipasi dengan masyarakat setempat, untuk membuat sebuah jembatan di sungai tersebut. 

    Waktu berjalan begitu lama, masyarakat di Desa tersebut sampai sekarang pun jembatan belum di kerjakan. Namun dengan kesedihan yang di alami masyarakat setempat, mereka pun mengusulkan untuk membuat jembatan sementara dari bambu. Tetapi hanya manusialah yang bisa menempuh jembatan tersebut, dan orang-orang yang mempunyai motor harus bersabar menunggu redahnya arus air.

     Penderitaan di desa Hangalande semakin menambah, karena belum adanya jembatan, namun pada saat ini masyarakat tersebut tidak pernh menyerah dengan apa yang sudah di alaminya. Dari sekian lama masyarakat meminta mohon kepada pemerintah untuk berinisiatif membantu masyarakat Hangalande. 

      Ada banyak penderitaan di Desa Hangalande tersebut dari segi listrik, jalan, begitu pun dengan banjir sekarang ini.

      Masyarakat di desa Hangalande sekarang juga belum mempunyai listrik maupun jalan. Yang masyarakat di desa Hangalande harapkan dari pemerintah itu cuman perhatikan dengan masyarakat tersebut, sehingga mereka tidak merasa di tinggalkan.

     Ada satu kampung yang paling udik yaitu kampung Tanda' Au, Dari listrik, jalan, mereka sangat di tinggalkan. Tapi dusun Tanda, Au tersebut tidak pernh merasa irih ataupun benci dengan apa yang sudah di alaminya, begitu juga anak sekolah ketika mereka mau berangkat ke sekolah itu harus menempuh jalan yang begitu jauh, perkirakan 4 Km dari dusun Tanda,A ke Desa Hangalande. Walupun jalan yang berbatu, lumpur, mereka tetap ingin berusaha demi masa depan mereka. Mereka tetap berjuang demi menjaga nama baik kampung mereka, walupun di olok ataupun ejek dari Dusun sebelah mereka tetap tunduk dan tidak mau berbuat apa-apa.

     Dalam perjalanan yang begitu jauh mereka tidak pernah mengeluh, kendala yang paling fatal ketika pada musim hujan, dalam perjalanan mereka mulai berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan sebuah payung, namun dengan pengelaman yang mereka dapatkan selama masa hidup mereka, mereka mulai membuat sebuah tangkai pisang dengan daun yang utuh untuk menjadi sebuah payung. Walaupun dengan daun pisang yang di jadikan payung, mereka tetap berjuang sampai ke sekolah, tetapi ketika hujan begitu deras, mereka tidak bisa pergi ke sekolah karena ada larangan kuat dari orang tua mereka masing-masing. Tetapi ada satu, dua orang yang berani membantah orang tua demi hidup mereka di masa depan nanti, mereka rela membantah orang tua hnya karena masa depan.

      Mereka rela sakit demi melewati rintangan yang begitu susah, mereka tidak berpikir lagi dengan keadaan, tetapi mereka berpikir untuk masa depan mereka, karena kunci kesuksesan itu di awali dari perjuangan. Mereka tidak takut dengan rintangan yang datang menghantui mereka, bahkan malam pun mereka tetap pulang ke rumah mereka. Kenapa mereka sampai pulang malam?, Karena mereka menunggu waktu yang tepat, maksudnya menunggu sampai hujan rendah, karena semakin hujan deras air di kali akan menjadi banjir, maka dari itu mereka harus menunggu sampe hujan dan banjirnya rendah.

      Begitu lamanya menunggu sehingga mereka merasa kelaparan di jalanan, walupun kejadian itu tetap menghantui mereka, mereka tetap berusaha sampai mereka selesai sekolah, dan tamat dari sekolah yang ada di kampung tersebut. Yang menjadi kebanggaan dari mereka yaitu dari segi perjuangannya.

(Robertus Seto Ngaga, mahasiswa Universitas Flores)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

 


Smartwatchs