(Yohana Bistolen Ketua kelompok tani Kamboja Kelurahan Bello bersama anggota kelompok tani saat curhat di lahan pertaniannya Kamis (16/1-2025) sore)
Kupang, mediaflores.net -Sejumlah petani kecil di Kelurahan Bello Kecamatan Maulafa Kota Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur keluhkan sulitnya mendapatkan air untuk kepentingan pertanian mereka. Sebab ketika musim kemarau tiba terutama pada bulan Juli sampai Oktober setiap tahunnya debit air yang mengairi areal pertanian mereka mulai menurun drastis. Bahkan ada diantara mereka terpaksa membiarkan lahannya tidak diolah akibat ketiadaan air.
Yohana Bistolen (51) Ketua Kelompok Tani Kamboja di RT 005/RW003 Kelurahan Bello Kota Kupang saat ditemui di areal perkebunan miliknya Kamis, 16 Januari 2025 petang mengatakan, persoalan keterbatasan mendapatkan air sudah dialami petani Bello sejak lima (5) tahun terakhir akibat panas berkepanjangan.
"Kesulitan air yang dialami kami petani ini sudah terjadi setiap tahun hampir lima tahun terakhir akibat panas berkepanjangan," ujar Yohana.
Hal ini menurut dia sudah dilaporkan kepada petugas Pendamping pertanian bahkan pernah dibawa dalam musyawarah tingkat kelurahan tetapi sampai sekarang belum ada tindak lanjut karena keterbatasan anggaran dari Pemerintah Kota Kupang.
"Persoalan ini juga sudah diketahui dan dicatat oleh petugas pendamping pertanian dari Dinas Pertanian tetapi belum ada tindak lanjut bahkan persoalan ini sudah diangkat oleh Ketua RT dan Ketua RW dalam Musrembang tingkat kelurahan tetapi karena keterbatasan anggaran sehingga belum ada jawaban," tambah Yohana.
Sementara itu secara terpisah Lurah Bello melalui Ketua RW 003 Goris Takene kepada media ini mengatakan, ketiadaan air dan kekurangan air yang dialami petani kecil di Bello Kota Kupang saat musim kemarau bukan hal baru, karena setiap tahun sering dialami warga. Ini disebabkan karena berkurangnya debit air dari sumber air sebagai satu-satunya harapan petani Bello. Hal ini menyebabkan pasokan air ke areal pertanian milik petani menjadi berkurang. Akibatnya banyak yang terpaksa membiatkan lahannya tidak diolah.
"Ini sudah sering terjadi setiap tahun akibat pasoka. Air dari sumber mata air dari sungai berkurang, sehingga kita berharap nanti ada pihak-pihak yang bisa bersedia membantu mengatasi persoalan petani dengan pengadaan sumur bor pada pusat pertanian agar bisa dimanfaatkan petani saat kemarau," ujar Takene.(goe)
Posting Komentar