Kupang, mediaflores.net - Kompleksitas permasalahan masyarakat NTT menjadi keprihatinan bersama. Kondisi ini dituntut keterlibatan semua pihak dalam mencari Solusi penanganannya.
Pemerintah dengan berbagai program - program prioritas terus dijalankan, Namun data memperlihatkan bahwa angkah kemiskinan masih sangat tinggi.
Sebagai salah satu strategi penanganannya, pemerintah menggalang dukungan partisipasi berbagai pihak dalam membangun masyarakat.
Semua pemangku kepentingan diajak untuk terlibat secara aktif, agar seluruh permasalahan masyarakat dapat ditangani secara tepat.
salah satu komponen pembangunan, civil Society, Yayasan CIRMA Kupang, yang hadir sejaK tahun 2018 telah melakukan program pemberdayaan.
Program Kesehatan, pemberian vitamin untuk anak dan juga sanitasi serta ketersediaan air bersih untuk warga telah dilakukan dengan baik dan sukses.
Keberhasilan – keberhasilan inilah, yang oleh pihak Internasional, kembali mempercayai Lembaga CIRMA Kupang ini, tahun 2025 ini , melaksanakan pendampingan untuk 6000 petani kecil Timor barat yang terdampak iklim.
Dalam dialog interaktif dengan tema “ Peran LSM dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa “ yang digagas oleh Radio Tirilolok Kupang, Sabtu, 12 April 2025 di studio Rdio Tirilolok, Direktur Yayasan CIRMA Kupang John Mangu Ladjar mengatakan bahwa CIRMA hadir untuk memangkat kaum termarjinal. Mereka adalah kelompok yang rentan terhadap masalah hidup.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa, focus program 2025 adalah petani kecil yang terdampak iklim pada y kabupaten di Timor Barat,
Dengan apa yang dimiliki petani, CIRMA akan mendampingi petani sampai tangguh.
Dengan pola pemberdayaan. Identifikasi persoalan dan potensi telah dilakukan selama 2 bulan, petani akan diedukasi dengan pola pertanian yang tepat guna. Petani yang dulu menanam secara pola tradisional maka akan diberdayakan dengan pengetahuan dan ketrampilan.
Potensi masing – masing desa akan dibedayakan bersama masyarakat. Mereka akan dilatih dengan bebagai ketrampilan dan pengetahuan agar bisa keluar dari masalah kemiskinan.
Untuk keberhasilan semua, John menyampaikan bahwa petani harus dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan bertani dan juga kolaborasi semua pihak yang peduli terhadap petani yang terdampak iklim.
Pada tanggal 20 Maret 2025, bekerja sama dengan BMKG Kelas II NTT dilaksanakan sekolah lapang iklim di desa Camplong II. Petani dilatih bagamana membaca cuaca dan juga pola tanam yang produktif.
Selain itu dijelaskan juga bahwa, pola tradisional, seperti membakar lahan sangat berpengaruh terhadap hasil panen yang berkualitas.
" kami temui petani, masih banyak yang bakar lahan. ketika bakar, banyak humus tanah akan hancur dan zat - zat yang berguna untuk tanaman akan bilang, sehingga tidak heran kalau walaupun hasil panen melimpah tapi panen tidak berkualitas dan itu akan menyebabkan stunting bagi generasi sekarang, " papar John saat ditanya host, terkait hubungan pola bertani dan stunting.
Dalam kolaborasi, Yayasan CIRMA sudah berkomunikasi juga dengan pemerintah kabupaten, dinas dan badan yang berkaitan dengan pemberdayaan petani.
Balai Besar Sungai, untuk ketersediaan air pertanian balai Daerah Aliran Sungaidengan Salah satu isu yang ditemui dilapangan sejak asesmen awal tahun 2025, yaitu asalah air bersih.
Menanggapi hal ini, pihak Yayasan CIRMA sudah melakukan komunikasi dengan pihak pemerintah, Balai Besar Sungai Wilayah NTT. Dan dalam hasil pertemuan, pihak pemerintah menyatakan siap berkolaborasi dengan Cirma untuk kepentingan Masyarakat.
Kolaborasi juga sudah dibangun dengan dinas pertanian dan Balai DAS serta beberapa pihak swasta yang peduli terhadap petani kecil di Timor Barat.
Diakhir dialog, John menyampaikan bahwa CIRMA menjadi jembatan kebaikan untuk kaum yang tertindas dan termajinal. Diharapkan semua pihak yang peduli bersama mengangkat para petani kecil agar hidup layak. // AG//
Posting Komentar