Napak Tilas Bung Karno

 

Beginilah penampakan Serambi Soekarno di biara St. Yosef, Ende. Foto: Supardi

Ende, mediaflores.net - Mahasiswa sastra inggris (sasing) universitas flores melakukan kuliah di luar ruangan bersama bapak dosen Yohanse Sehandi, 08 juli 2023.

Tepat pkl 16.00 semua didepan gereja Kathedral Ende untuk mendengarkan arahan dari Bapak Dosen mengenai tempat-tempat yang akan dikunjungi.

 Pkl 16.30 tempat pertama yang dikunjungi  yaitu Serambi Soekarno. Serambi Soekarno adalah situs bangunan sejarah yang terletak di biara Santo Yosef Kathedral  Ende yang didirikan untuk mengenang dan menghormati jejak sejarah perjuangan dan persahabatan Bung Karno dengan para tokoh Misionaris SVD dan Pater Dr. Johanes Bouma, SVD pada masa-masa pembuangan Bung Karno di Ende 14 januari 1934 sampai dengan 18 oktober 1938. 

Tetapi sebelum menuju ke Serambi Soekarno di depan Biara Pastoran Santo Yosef, Bapak Yohanes Sehandi bertemu dengan Bapak Uskup Agung Ende,yaitu Mgr.Vincentius  Sensi Potakota,untuk mendengarkan beberapa informasi tentang sejarah singkat tentang Serambi Soekarno.

Mgr. Vinventius mengatakan bahwa selama masa pelepasan di Ende dari tahun 1934-1938,Soekarno selalu datang ke Biara St. Yosef untuk membaca buku-buku terbanyak dalam bahasa Belanda,dan berdisksusi dengan P. Huijtink,SVD dan P. Bouma,SVD,dua misionaris senior asal Belanda.

Demi mengenang persahabatan mereka bahwa pimpinan Provinsi SVD Ende menerima dan menyepakati gagasan pembuatan sebuah patung Soekarno muda yang ditempatkan di pendopo tua Biara St. Yosef Ende,salah satu tempat yang dulu biasa dipakai oleh Soekarno dan kedua sahabatnya itu untuk berdiskusi dan bercakap-cakap,yang diberi nama Serambi Soekarno.

Tepat disamping Serambi Soekarno, pengunjung bebas membaca buku-buku tulisan Soekarno dan buku-buku tulisan Soekarno sendiri yang tersedia di POJOK BUKU BUNG KARNO, termasuk tentang persahabatan dan dialog Soekarno muda dengan para misionaris SVD di Biara St.Yosef dahulu. Di Pojok Buku Bung Karno saat ini tersedia sebanyak 80-an judul buku, sebagian besar merupakan buku-buku yang sudah sulit diperoleh saat ini. 

Gedung Biara St. Yosef Ende di bukit kecil itu dibangun pada tahun 1927, dengan 45 anak tangga dari pintu gerbang utama pekarangan menuju ke pintu masuk gedung Biara. Lalu jarak dari pintu masuk gedung Biara ke lokasi Serambi Soekarno sekarang ini sepanjang 17 meter. Dan selanjutnya 8 meter adalah ukuran ruangan Serambi.

Setelah menyusuri tempat sejarah Serambi Soekarno, tempat sejarah selanjutnya yang akan dikunjungi adalah Gedung Imakulata Ende. Gedung ini dipergunakan oleh Bung karno atas bantuan sahabatnya seorang Pastor Huytink yang datang ke Ende pada tahuan 1929. Gedung ini merupakan suatu ruangan di dalamnya terdapat panggung dengan ukuran 1,30 m dilengkapi dengan tangga naik ke atas panggung.

Gedung Imaculata adalah tempat yang dipilih Soekarno tempo dulu untuk mementaskan drama Tonil saat dibuang ke Ende, 1934-1938. Dalam sejarah, tercatat, ada 12 naskah Tonil yang ditulis Soekarno. Sisanya masih tersimpan di Situs Bung Karno.

Gedung yang bertengger di bukit jalan Katedral itu, kini, telah direnovasi dan menjadi aset cagar budaya. Gedung itu dimanfaatkan sebagai arena pementasan seni dan budaya. Terakhir, gedung ini digunakan untuk pementasan seni budaya daerah NTT dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila 1 juni 2018.

Selain itu, gedung ini juga menjadi fokus orang berwisata. Berselfie dengan latar belakang lautan dan sunset menjadi kebiasaan warganet diakhir pekan.

Foto di gedung Imakulata Ende. Foto: Supardi

Mahasiswa Sastra Inggris merasa bangga dengan diadakannya mata kuliah jurnalistik ini, karena dengan mata kuliah Jurnalistik ini mahasiswa sastra Inggris paham di Rumah Biara St. Yosef ini butir-butir PANCASILA, yang kemudian menjadi dasar falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mulai bersemi//MF// Yuventinus Supardi//


Bapak Yohanes Sehandi berfoto bersama para mahasiswa Sastra Inggris. Foto: Supardi





Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

 


Smartwatchs