Pasola Sumba Barat Daya

Gambar 1:Pasola Adat Sumba Barat Daya

Sumba, mediafloresnet - Pasola Adat Sumba, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya yang biasa dilaksanakan setiap 27-30 February:Pasola berasal dar9i kata sola atau hola, yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu oleh dua kelompok yang  berlawanan. Setelah mendapat imbuhan pa (pa-sola, pa-hola), artinya menjadi permainan. Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu. Pasola biasa dilakukan sekali dalam setahun sebagai tanda untuk memperingati tradisi nenek moyang pada zaman dahulu. Menurut kepercayaan masyarakat Sumba pada umumnya, asal usul Pasola berawal dari tiga bersaudara yakni Ngongo Tau Masusu , Yagi Wakareri dan Umbu Dulla yang berasal dari kampung Waiwuang.

Ketua suku Weghenga Sabinus R. Bulu menjelaskan Pasola memiliki Sejarah yang cukup panjang yang dicetus oleh tiga bersaudara yakni Ngongo Tau Masusu,Yagi Wakereri,dan Umbu Dulla hingga menjadi tradisi bagi masyarakat Sumba.Awalnya ketiga bersaudara itu, mengatakan kepada warga Waiwuang, bahwa mereka hendak melaut. Namun kenyataannya, ketiga saudara itu, tidak pergi  untuk melaut, tetapi mereka ke pantai selatan Sumba Timur untuk mencari padi. Setelah beberapa hari, berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, ketiga saudara tersebut tidak kembali ke kampung Waiwuang. Warga waiwuang mulai gelisah dan mulai melakukan pencarian di sekitar pantai. Namun semua itu sia-sia, tidak ada tanda-tanda di sekitar pesisir pantai. Warga Waiwuang mulai gelisah dan kesedihan pun mulai melanda warga Waiwuang dan juga Rabu Kaba.

Hingga suatu hari munculnya seorang pria bernama Teda Gaiparona di kampung Waiwuang yang berasal dari wilayah Kodi. Sejak saat itu, Teda Gaiparona dan Rabu Kaba menjalin hubungan satu sama lainnya. Sayangnya pihak dari keluarga dari Teda Gaiparona maupun Rabu Kaba tidak merestui hubungan mereka.Hal itu membuat Teda dan Rabu Kaba memutuskan untuk kawin lari. Hari berganti minggu, ketiga bersaudara itu yakni Ngongo Tau Mesusu,Yagi Waikareri dan Umbu Dulla akhirnya kembali ke kampung Waiwuang.Warga Waiwuang merasa sangat gembira dan juga sedih karena istri Umbu Dulla, Rabu Kaba telah meninggalkan kampung Waiwuang dan menikah dengan Teda Gaiparona.

Saat itu Umbu Dulla tidak mendapati istrinya yakni Rabu Kaba di kampung Waiwuang.Ketika Umbu Dulla mengetahui bahwa isrtinya telah pergi dari kampung dan pergi bersama pria lain,tidaka ada cara lain selain berusaha untuk pergi mencari istrinya diwilayah Kodi.Umbu Dulla akhirnya pergi mencari istrinya dan bertemu Rabu Kaba.Rabu Kaba kaget melihat bahwa Umbu Dulla masih masih hidup .Umbu Dulla meminta istrinya untuk kembali ke kampung Waiwuang tetapi permintaanya ditolak.Rabu Kaba meminta Teda Gaiparona untuk memepertanggungjawabkan perbuatannya.Teda Gaiparona menyanggupi permintaan tersebut dan Teda Gaiparona membayar denda berupa belis (mas kawin) kepada keluarga Umbu Dulla.

Sabinus R.Bulu menambahkan bahwa Pasola mempunyai makana penghormatan kepada leluhur.Tujuannya adalah untuk merayakan musim tanam padi dan melatih keberanian dan kekuatan masyarakat Sumba agar sesuai dengan ketangkasan leluhur.Dengan kata lain Pasola melahirkan pria yang gagah perkasa dan mampu mempertahankan harga diri serta menjaga keluarganya.Pasola juga merupakan bentuk ritual untuk menghormati Marapu untuk memohon pengampunan,dan kemakmuran untuk hasil panen yang melimpah.Pasola tidak sekedar menjadi bentuk keramaian,tetapi salah satu bentuk pengabdian dan aklamasi ketaatan kepada sang leluhur.pungkasnya.Generasi muda juga berekewajiban menjaga adat pasola ini agar tidak tergerus zaman.

(Arnoldus Seingo)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

 


Smartwatchs