Suasana tinju adat di Desa Tadho,kecamatan Riung,kabupaten Ngada.
Riung, mediaflores.net - Tinju adat(Mbela)di Riung merupakan suatu acara adat yang diselenggarakan oleh orang tadho,Kecamatan Riung,Kabupaten Ngada.Tinju adat ini diadakan oleh tiga suku yaitu suku Nanu,wire,dan Tadho.Yohanes Bhangka Sarang, selaku ketua adat dari suku Tadho menjelaskan bahwaTinju adat ini dilakukan sekali dalam setahun pada bulan juli,dan berdasarkan bulan(wulang) yang muncul dari arah barat ke timur,yang menurut kepercayaan mereka merupakan bulan baik.Diperhitungkan dari bulan pertama yang muncul di atas langit sampai dengan bulan kelima belas.Jika lewat dari bulan kelima belas,maka mereka akan mendapat kutukan,dalam arti segala usaha dalam tahun berikutnya tidak akan mendapatkan hasil yang baik dan tinju akan terjadi masalah.Tujuan diadakannya acara adat ini yang pertama acara tinju adat ini dibuat sebagai suatu tanda terima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan mereka hasil usaha mereka dalam setahun,terutama hasil panen,ternak dan usaha-usaha lainnya dalam setahun.Yang kedua,cara mereka untuk tetap berkumpul dan tidak terpisah antara yang satu dengan yang lain.Yang ketiga,menunjukan kebesaran mereka bahwa mereka adalah satu-satunya orang yang memiliki martabat kebangsaan yang tidak diragukan oleh pihak lain.Ia menambahkan lagi bahwatinju adat ini dilakukan selama dua hari.Hari pertama dinamakan Mbela Loe atau tinju kecil,dimana peserta yang mengikuti upacara tersebut adalah anak-anak kecil yang dilakukan pada sore hari,dilanjutkan hari kedua dinamakan mbela mese atau tinju besar,dimana peserta yang mengikuti upacara tersebut adalah orang-orang dewasa.Sebelum tinju adat dimulai salah satu ketua adat memukul gong tanda Mbela dimulai dan gong juga dibunyikan untuk mengakhiri Mbela.Ketua suku juga menunjuk seorang menjadi wasit untuk mengkoordinasi jalannya tinju.Ditinju adat ini semua peserta diadu kekuatan bukan semata-mata untuk menciptakan permusuhan diantara peserta,melainkan untuk menciptakan kedamaian,kebersamaan para peserta.
Dalam pertarungan baik perwakilan dari Tadho maupun di luar Tadho,sama-sama mengirimkan wakil terbaiknya untuk beradu tangkas dalam duel di arena tinju.Setiap petarung dibekali latihan dan strategi tinju dari senior mereka masing-masing dan dan mempertontokan kepercayaan diri untuk meyakinkan penonton.para penonton dari kedua kubu akan mendukung petarung terbaik mereke dengan nyanyian dan iringan music.Didalam tinju adat ini juga memiliki aturan yang tak kalah penting adalah,tidak ada batasan waktu untuk setiap pertandingan.Lamanya waktu pertandingan turut ditentukan oleh kekuatan para petarung,seberapa kuat dia menyerang dan mempertahankan diri dari pukulan lawan.Pemain baru akan dinyatakan kalah ketika ia terjatuh atau mengeluarkan darah.Tak sekedar menyaksikan pertarungan tinju adat,pengunjung juga akan menikmti pertunjukan seni musik dan tari dari berbagai sanggar seni tradisional termasuk music khas daerah.untuk lebih menarik dan supaya penonton tambah semangat maka kami menyajikan pertunjukan seni musik sebagai saana menghibur sekaligus memperkenalkan musik khas budaya Riung khusunya Desa Tadho.pungkas Yohanes Bhangka Sarang.Ia menambahkanTinju adat ini juga dapat memeperkuat hubungan persaudaraan para petarung karena di dalam arena(berada ditengah kampung) mereka musuh tetapi di luar arena mereka bersaudara.tentu saja hal ini harus dipertahankan melalui penyelenggaraan Mbela.Mbela merupakan adat yang memiliki nilai dasar yaitu membangun persaudaraan secara umum dan melatih kematangan emosional para petarung.Apabila mereka tidak terpancing tindakan provokatif lawan dan mampu mengontrol diri maka dapat memperoleh kemenangan dalam pertarungan..Ketua suku juga menjelaskan bahwa sudah menjadi kewajiban masyarakat Riung untuk melestarikan Mbela khususnya kaum muda yang dapat hidup lebih lama dalam masyarakat. //MF//
(Dionisius Yordi Delang)
Posting Komentar